Lembaga Ombudsman DIY

Demokrasi di Tangan Generasi Digital Native

Generasi Milenial merupakan generasi yang lahir pada awal tahun 1980 hingga pertengahan 1990. Sementara Generasi Z merupakan kelompok demografis yang lahir setelah Generasi Milenial. Beberapa peneliti dan media populer memiliki perbedaan pendapat kapan tepatnya generasi ini dimulai. Secara umum, pendapat yang paling banyak menyatakan bahwa Gen Z adalah generasi yang lahir antara pertengahan hingga akhir tahun 1990 dan pertengahan 2010.

Peneliti dan media populer sepakat bahwa Milenial dan Gen Z merupakan generasi “digital native“. Digital native adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi atau individu yang tumbuh dalam lingkungan yang didominasi teknologi digital terutama internet. Mereka terbiasa dengan penggunaan teknologi dan memiliki pemahaman yang alami tentang cara menggunakan perangkat digital dan akses informasi online. Individu dalam generasi ini memiliki keterampilan teknologi, keterampilan navigasi online, interaksi sosial digital, dan adaptasi cepat terhadap perubahan teknologi.

Pasalnya, Milenial dan Gen Z merupakan generasi yang dapat dikatakan tumbuh bersama teknologi. Jika kita lihat perkembangan teknologi sepanjang akhir tahun 1980 hingga saat ini, tentunya kita sepakat bahwa terdapat loncatan yang sangat pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari ponsel di awal tahun 1990 yang hanya bisa digunakan untuk SMS dan telepon, hingga berkembang menjadi ponsel pintar layar sentuh dengan fasilitas internet. Tidak heran bahwa dua generasi ini tumbuh menjadi individu-individu yang cepat beradaptasi terhadap perkembangan digital.

Generasi Milenial dan Z cenderung menerapkan penggunaan teknologi dalam setiap aspek hidupnya, tidak terkecuali dalam partisipasi mereka terhadap politik. Di Pemilu tahun 2024 ini, berdasarkan Daftar Pemilih Tetap dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dilansir dari situs Databoks*, jumlah pemilih dari Generasi Milenial sebanyak 66,82 juta yang menempati urutan pertama, disusul Generasi X sebanyak 57,49 juta, dan Generasi Z di urutan ketiga sebanyak 46,8 juta.

Melihat demografi yang didominasi oleh pemilih yang melek teknologi, tentunya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi peserta pemilu untuk mendapatkan atensi dari dua generasi ini. Tampaknya peserta pemilu pun telah menyadari kondisi ini. Belakangan kita banyak melihat kampanye yang biasanya hanya berupa baliho partai, capres-cawapres, maupun caleg di sepanjang jalan, kini juga telah merambah dunia digital melalui sosial media seperti TikTok, Facebook, Instagram, maupun X (Twitter).

Generasi Milenial dan Z juga menyambut baik perubahan model kampanye ini sesuai dengan platform yang mereka gunakan. Misalnya di TikTok dan Instagram yang merupakan platform berbasis foto dan video, pengguna menyuarakan opininya dan memberikan dukungan dengan format berupa video. Sementara di Twitter, pengguna saling berdiskusi secara aktif mengenai visi misi dan program peserta pemilu. Tidak sedikit pula pengguna Twitter memberikan dukungan kepada peserta pemilu dengan bentuk lainnya seperti ilustrasi atau desain grafis yang mereka buat sendiri.

Dari Generasi Milenial dan Z, lahir pula gerakan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia terutama generasi muda mengenai arti penting demokrasi. Misalnya melalui website bijakmemilih.id, yaitu website untuk mengakses informasi mengenai rekam jejak dan gagasan kandidat peserta pemilu. Ada juga website kawula17 yang menyediakan Aplikasi Saran Pemilihan (VAA) yang berupa kuis menyenangkan untuk membantu menentukan pilihan politik berdasarkan isu-isu terkini.

Sebagai digital native, Generasi Milenial dan Z menganggap internet adalah tempat yang nyaman untuk mengekspresikan diri mereka, baik secara individu, kehidupan bermasyarakat, maupun berdemokrasi. Akan lebih baik apabila pembuat kebijakan dan penyelenggara pelayanan publik mulai menyesuaikan program dan pelayanan mereka dengan demografi dua generasi yang mulai mendominasi ini. Selain itu, pemerintah dan institusi pendidikan juga perlu menanamkan nilai-nilai pendidikan politik dan keterampilan digital yang lebih baik untuk generasi saat ini maupun selanjutnya, sehingga mereka dapat memahami pentingnya partisipasi politik, memilah informasi yang valid, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif dalam berdemokrasi dan bermasyarakat.

Sumber

Scroll to Top